Pages

Jumat, 27 Juli 2012

LAYANG-LAYANG (ku)



Hari itu indah. Indah sekali. Karena aku memiliki layang-layang.
Merah warnanya. Sama seperti warna kesukaanku.
Tak sabar ingin segera kuterbangkan layang-layangku.

Saat itu alam ramah sekali. Layang-layangku bisa dengan mudahnya terbang tinggi.
Aku tersenyum bahagia melihatnya. Meliuk ke kanan. Meliuk ke kiri. Terkadang seperti terjatuh. Namun layang-layangku selalu bisa meninggi lagi.

Tuhan, mengapa awan kini perlahan merubah wujudnya?
Putih menjadi hitam. Ada apa ini?
Petir pun tidak ingin kehilangan perannya. Sesekali dia membuatku terkejut dan hampir melepas layang-layangku.
Tetapi aku kuat dan tetap memegangnya.

Hingga akhirnya badai itu datang.

Badai yang sangat keji. Layang-layangku terombang-ambing. Aku mencoba menahannya sekuat yang aku bisa.
Tak sadar, tetesan darah itu terasa hangat. Ternyata darah itu keluar dari tanganku. Saking kuatnya aku menahan layang-layangku.

Baiklah. Aku lepas.

Karena layang-layangku sudah tidak bisa lagi kukendalikan. Karena tanganku sudah tidak kuat lagi menahannya.
Seluruh tubuh ini basah. Dingin. Hanya darah itu yang terasa hangat.
Kulihat layang-layangku terbang perlahan meninggalkanku. Terus kulihat hingga layang-layangku tidak terlihat.

Selamat jalan layang-layangku. Maafkan aku karena memilih untuk tidak memegangmu dan menahanmu lebih lama lagi. Aku tidak sanggup. Sungguh.
Semoga layang-layangku terjatuh ditempat yang tepat. Hingga ada seseorang yang menemukanmu dan kembali menerbangkanmu dalam keadaan yang lebih baik.



-----------------------------------------------------------------------

Siang itu. Di salah satu tempat yang indah untuk sekedar mengabadikan gambar. Entah mengapa saya ingin sekali berhenti sejenak disana. Berulang kali melewati jalan itu, namun siang itulah yang memilih saya untuk beberapa saat melihat hamparan bukit yang hijau dan merasakan ramahnya udara disana.

Ternyata sang siang memiliki maksud dibalik itu semua. Saat itu pun saya melihat sosok wanita yang sudah sangat tidak asing bagi saya.

"Itu si Layang-Layang?" , tanya saya kepada seorang sahabat yang saat itu ada bersama saya.

"Bukan, kamu salah lihat" Jawabnya.

Tapi keyakinan ini lebih besar dari ketegasan jawaban yang diberikan. Otak ini pun penasaran.

Keputusan yang keluar adalah mencari tau. Toh memang arah perjalanan saya juga sama seperti mereka. Tapi kemana motor itu? Cepat sekali menghilangnya?

Tergesa dan tergesa. Akhirnya tubuh itu terlihat lagi.

Semakin dekat.

Saya benar, itu dia. Dia bersama pria lain siang itu.

Senyum ini mengembang, karena firasat saya sejauh ini tidak berbohong sedikitpun. Itu pria yang selalu saya bayangkan dan dia sekarang ada di depan mata saya. Sedang bersama si Layang-Layang.

Entah apa yang ada dikepala mereka saat itu, mereka terkesan ketakutan sekali. Layang-Layang terlihat menangis histeris, sementara pria itu menarik gas motornya semakin kencang.

Selang beberapa saat, motor saya sudah sejajar dengan motor mereka. Ada yang mau saya tanyakan dan ucapkan. Tolong berhenti, jangan terus berjalan, berbahaya bagi kalian. Motor kalian kencang sekali.

"Mas, bisa berhenti sebentar?", tawaran saya untuk pria itu.

Dia nampak gugup sekali dan sempat beberapa kali melempar alasan kepada saya.

"Saya cuma mau ngobrol sebentar kok, cuma sebentar" , tawaran saya yang kedua.

Sebelum tawaran berikutnya keluar, sahabat saya sudah mengambil kunci motor mereka dan mereka berhenti. Saya sangat kecewa dengan tindakan itu, tidak seharusnya sahabat saya memakai cara-cara kurang sopan seperti itu. Dia meminta maaf kepada saya. Saya maafkan, yang terpenting mereka tidak kenapa-kenapa.

Layang-Layang terus menangis. Kenapa? Kenapa dia hingga histeris seperti itu? Ada apa?

Saya berkenalan dengan pria itu. Hanya ingin memastikan apa bayangan saya selama ini benar-benar baik kepada saya.

Benar! Benar sekali! Pria ini ternyata adalah pria yang selama ini saya kira. Terimakasih firasat.

"Saya bukan pacarnya mas, saya cuma temannya saja", itu ucapan pria itu. Yang saya tau, saat itu saya belum berniat untuk menanyakan hal itu. Tapi pria itu bicara dengan sendirinya. Ketakutan pria itu terasa sekali. Seakan-akan seperti hendak saya pukul saja. Tidak, saya tidak akan melakukan hal bodoh itu. Layang-Layang ini sudah saya lepas semenjak saat itu. Niat saya saat ini hanya memberikannya ucapan selamat. Itu saja.

"Mas, saya minta ijin untuk ngucapin selamat kepada wanitamu" , pinta saya.

"Kita tidak pacaran mas", balas pria itu.

"Kenapa tidak pacaran saja?", saran saya untuk mereka.

Pria itu kebingungan. Ya, saya sangat merasakan perasaan dia saat itu. Ketakutan dan kebingungan.

"Hai Layang-Layang, dia ini pengganti saya? Selamat ya.." , itu ucapan saya. Dan memang cuma itu yang ingin saya lakukan. Tidak ada sedikitpun niat untuk menyakiti.

Layang-Layang terus menangis, tidak paham sekali, mengapa dia seperti itu.

Saya ucapkan lagi kata-kata saya tadi hingga berulang-ulang. Tetap tidak ada jawaban. Hanya air matanya yang terus bernyawa. Tubuhnya mati.

Tiba-tiba Layang-Layang berteriak dan marah sekali. Ternyata si pria mencoba menenangkan dia dengan cara menyentuh tubuhnya. Layang-Layang mungkin tidak suka disentuh oleh pria itu. Mungkin. Atau dia seperti itu hanya karena ada saya didepannya? Entahlah.

Sikap Layang-Layang sangat berubah, kaget sekali melihat itu semua. Dia menjadi wanita yang kasar dan sepertinya kehilangan kendali. Ada apa?

Sudahlah, itu bukan urusan saya. Yang bisa saya lakukan saat itu hanyalah diam dan melihat.

Si pria itu meminta ijin untuk melanjutkan perjalanannya.

"Silahkan, maaf ya mas mengganggu perjalanannya..hati-hati dijalan", itu ucapan saya untuk melepas mereka.

Motor mereka pun melaju dengan kencang sekali. Khawatir sekali melihatnya. Semoga mereka selamat sampai tujuan.

Perjalanan saya dan sahabat pun ikut berlanjut, karena hari itu saya memang dalam perjalanan menuju Jogja.

"Sabar ya..", ketenangan yang coba diberikan sahabat untuk saya.

Saya hanya diam, kali ini diam dan berfikir. Ada apa sebenarnya? Kenapa jadi sampai seperti ini sikap Layang-Layang? Lalu tiba-tiba fikiran saya ditampar oleh ucapan yang keluar dari hati. Keras sekali tamparan itu!

"Ada gunanya memikirkan hal ini lagi?? Untuk apa?? Waktu dan fikiranmu terlalu berharga jika dicurahkan untuk seseorang yang telah banyak berbohong kepadamu!!! Hei tolol!!! Buang jauh-jauh fikiran ini!!! Buang Cepat!!! Bangunlah!!!!!!!!!", itulah ucapan hati saya yang sudah pasti lebih sehat dari pada fikiran saya.

Nafas ini tertarik sangat dalam, lalu berhembus. Rasanya lebih ringan sekarang.

Mari kita lanjutkan perjalanan dan fokus kepada jalan yang akan kita lewati sahabat.

Belum puas merasakan nafas yang mengalun begitu tenang, tangan ini dengan sepontan menggenggam erat kedua handle rem. Saya berhenti.

Layang-Layang dan pria itu JATUH DARI MOTOR!

"Bangsat! Goblok bnget jadi cowok! Naik motor aja gak bener!", kata-kata ini terdengar jelas didalam hati saya. Memang hanya di dalam hati. Karena saya sadar jika saya tidak punya hak untuk berucap seperti itu. Tidak punya hak, bukan takut.

Seketika saya langsung turun dari motor dan menghampiri Layang-layang yang sedang memegangi kakinya. Dia kesakitan. Setan datang dan saya menjabat tangannya.

"Kok bisa jatuh gimana mas!!!!" , Emosi ini sudah tidak bisa saya simpan. Hampir saja tangan ini bergerak, namun lagi-lagi kesadaran lebih hebat dari amarah. Energi ditangan hanya berhenti sampai di genggaman, bukan berhenti di muka pria itu.

"Saya kepeleset mas", itu ucap dia.

Saat itu pula penilaian saya terhadap laki-laki ini berubah. Pria ini berubah menjadi cowok. Ya, dia hanya seorang cowok, tidak lebih. Mengapa? Karena dia tidak bisa melindungi wanita yang sedang dia bawa. Kemana tanggung jawabmu sebagai laki-laki!!!

Kenapa bisa sampai jatuh? Terburu-buru atau masih merasa takut? Melamun? Tidak bisa bawa motor? Atau apa???

Bukannya cowok ini mengaku anak vespa? Teman-teman vespa-mu pasti malu memiliki teman se-tempe seperti-mu. Tidak usah menyangkal, mata dan cara bicaramu pun tidak bisa menyembunyikan rasa takut itu. Benar, cowok ini masih merasakan takut. Bagaimana wanitamu bisa tenang jika menenangkan jiwamu saja kamu tidak sanggup?

Mohon maaf atas penilaian ini. Silahkan salahkan atau mengumpat saya, bebas. Tetapi satu hal, saya rasa se-isi dunia-pun akan menganggukkan kepalanya jika saat itu berada ditempat itu.

Perhatian saya berubah.

"Kamu tidak apa-apa?" , tanya saya kepada Layang-Layang.

Lagi-lagi dia hanya menangis.

"Mau dibawa ke rumah sakit?" , tawaran saya.

Tidak ada jawaban.

Lalau si cowok itu mencoba membangunkan Layang-Layang, lagi-lagi Layang-Layang berteriak histeris dan bilang jika dia tidak mau disentuh. Tingkahnya seperti orang yang kerasukan.

Saat itu saya merasa menjadi orang paling bodoh yang sedang menyaksikan pentas drama dengan naskah yang berjudul PUTRI GALAK VERSUS SI TOLOL.

"Hai Layang-Layang, kamu gak boleh kasar seperti itu sama temanmu", saya mencoba menyadarkan Layang-Layang dan meredam suasana diantara mereka.

"Yaudah mas, saya duluan ya" , cowok itu berucap.

"Iya, hati-hati ya mas..", balas saya.

Mereka pun kembali jalan. Semoga tidak parah lukanya. Sekarang saya mengerti mengapa si Layang-Layang bisa dengan mudahnya membentak dan bersikap kasar ke cowok itu. Lagi-lagi karena dia hanya seorang cowok, bukan pria.

Beberapa menit kemudian, saya melihat motor mereka lagi. Motor itu berjalan sangat pelan.

"Ada apa mas? Perlu bantuan?" , tanya saya.

"Tidak usah mas.."

"Oh iya mas, jangan mudah menyentuh dia kecuali jika dia sudah menjadi istrimu kelak". Ini pesan terakhir saya kepada cowok itu.

"Iya mas.."

Lalu saya memutuskan untuk berlalu dari mereka.

Terimakasih Tuhan. Terimakasih untuk jawabanMU dihari ini. Semuanya terjawab dengan sangat jelas. Yang selama ini hanya ada dibayang-bayang, yang selama ini saya sebut fikiran negatif, ternyata adalah kenyataan. Awalnya ini adalah salah satu hal terpahit yang pernah hadir dan betah berada dihati. Tetapi siang itu, hari itu, semua terasa sangat manis. Tuhan tau jika saya tetap bersama Layang-Layang, mungkin saya tidak akan bisa sebahagia hari ini dan hari kedepannya. Sekali menjadi pembohong, maka ia akan tetap seperti itu. Ini berlaku bagi siapapun. Semoga kalian bahagia :)

Cari Blog ??